Bisa apa Perum Navigasi bikinan Dahlan?
Pembentukan dan lahirnya operator tunggal atau single provider
penerbangan Indonesia yakni Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan
Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau Perum Navigasi berawal dari
keresahan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Dahlan Iskan. Maret tahun lalu Dahlan mengungkapkan kekecewaannya mendapati kenyataan bahwa sistem udara Indonesia dikuasai negara lain.
"Indonesia di udara belum berdaulat penuh. Sekarang kontrolnya ada di
negara tetangga, itu bukan salah negara tetangga," ungkap Dahlan kala
itu.
Dahlan berinisiatif membuat sistem lalu lintas udara atau air traffic
system (ATS) di seluruh penerbangan nusantara. Kini, Perum Navigasi
sudah dilahirkan dan disebut-sebut sebagai tonggak bersejarah dalam
penerbangan nasional.
Perusahaan pelat merah yang baru ini nantinya akan berada di bawah komando
Dahlan Iskan.
Dahlan pun telah membentuk dream team Perum Navigasi yang
diinstruksikan segera bekerja setelah menerima SK. Dahlan sengaja tidak
memasukkan orang-orang pintar dalam jajaran direksi Perum Navigasi.
Meski bukan orang-orang terbaik, Dahlan yakin akan dream team ciptaannya
tersebut.
Jika selama ini ada empat operator yang mengurusi penerbangan
Indonesia, mulai saat ini hanya satu operator yang bertanggung jawab
penuh, yakni Perum Navigasi. Tanggung jawabnya pun besar.
Terlebih jika melihat bahwa Indonesia belum sepenuhnya berdaulat di
udaranya sendiri. Pengelolaan navigasi udara di wilayah Flight
Information Region (FIR) Batam yang sampai saat ini masih dikelola
Singapura, bakal segera diambil alih.
Hal itu diatur dalam klausul yang mengacu standar International Civil
Aviation Organization (ICAO) yang ditindak lanjuti dengan perjanjian
bilateral Indonesia-Singapura.
Pengamat BUMN Said Didu mengapresiasi lahirnya perusahaan ini.
Menurutnya, Perum navigasi merupakan amanat UU yang harus memisahkan
pelayanan bandara dengan navigasi.
"Ini diperlukan agar seluruh pungutan yang diperoleh dari layanan
navigasi kembali diinvestasikan untuk pelayanan navigasi dan keselamatan
penerbangan," ujar Said Didu kepada merdeka.com, Rabu (16/1) malam.
Dibentuk perum agar tidak semata-mata mengejar provit atau
keuntungan. Tapi semua dikembalikan untuk pelayanan. Serta tidak
memperumit APBN.
Lahirnya perum ini membuka harapan baru bagi industri penerbangan
nasional. "Jelas semua mengharapkan agar pelayanan navigasi makin lebih
baik karena lebih fokus," jelasnya.
Bisa apa Perum Navigasi bikinan Dahlan ini?Apakah bisa mengambil alih
sistim udara yang dikuasai Singapura? Menurutnya, hal itu bisa
dilakukan bersama-sama dengan Kementerian Perhubungan.
Keduanya bisa melakukan dialog dengan negara tetangga. Perum Navigasi
bisa mengusulkan ke pemerintah jika sudah benar-benar siap mengelola
penerbangan di seluruh wilayah Indonesia. "Dia harus usulkan ke
pemerintah agar pengelolaan navigasi dilakukan oleh perum tersebut,
bukan lagi negara lain," tegasnya.
Said optimis perum Navigasi bisa menjalankan amanah untuk menjadi
satu-satunya operator yang mengendalikan penerbangan di dalam negeri.
"Butuh persiapan SDM, kira-kira persiapannya minimal setahun untuk didik
SDM," ucapnya.
Kini, pelaku jasa penerbangan menanti kinerja dan gebrakan perum ini
membuat Indonesia berdaulat penuh di udara sesuai dengan harapan
Dahlan Iskan.